Bulan Terbelah Di Zaman Rasullulah . Allah swt. Telah mengutus rasul-rasulnya kemuka bumi
untuk menyerukan kebenaran kepada umat manusia. Dari sekian banyak rasul yang
telah diutus kemuka bumi oleh Allah swt. Telah kita ketahui beberapa rasul yang
telah dikaruniai mukjizat untuk memperkuat kerasulan dan melemahkan musuh yang
menentang kerasulanya. Diantaranya yang tentu telah kita ketahui adalah
mukjizat nabi musa yang dari tongkatnya bisa berubah menjadi ular dan mampu
membelah air laut sehingga menjadi sebuah jalan yang dapat dilalui ketika dikejar-kejar
tentara Firaun, atau Nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar api, nabi Yunus
yang selamat setelah ditelan ikan paus, dan mukjizat nabi-nabi yang lain.
Begitu pula dengan nabi kita Rasullulah Muhammad saw. Beliau telah di karuniai
beberapa mukjizat yang menakjubkan dan mukjizat terbesar beliau adalah kitab Al
Quran. Diantara berbagai mukjizat yang ada pada diri Rasulullah saw. Ada satu mukjizat yang
menjadi topik panas dan diperdebatkan di era modern ini, mukjizat itu adalah
peristiwa terbelahnya bulan dizaman awal kerasulan beliau.
Kisah Rasulullah membelah bulan.
Dari Abdullah Berkata bahwa Bulan terbelah menjadi dua
bagian di zaman Rasulullah, kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Saksikanlah!”
(HR. Muslim: 7249)
Kisah itu terjadi sebelum Rasullulah saw. hijrah dari
Makkah ke Madinah. Kaum kafir Quraisy berkata, “Wahai Muhammad, kalau engkau
benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa
membuktikan kenabian dan kerasulanmu!...”
Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang kalian inginkan?”
Mereka menjawab: “Coba belah bulan!”. Maka, Rasulullah saw. berdiri dan
terdiam, lalu berdoa kepada Allah swt. agar menolongnya. Lalu, Allah swt.
memberitahu Muhammad saw. agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka,
Rasulullah saw. mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan yang
sedang mereka lihat. Bulan terbelah menjadi Dua bagian, di mana bagian lainnya
berada di sisi Gunung Safa dan bagian lainya di sisi Gunung Qaikaan dan
terlihat di antaranya bukit Hira. Namun karena kesombongan mereka, serta-merta
orang-orang kafir Quraisy berkata, “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir
kami!” Akan tetapi, para ahli diantara mereka mengatakan bahwa sihir memang
benar bisa saja menyihir orang yang ada disekitarnya, akan tetapi sihir tidak
bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Maka, dengan akal dan rasa
penasaran, mereka menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Lalu,
orang-orang Quraisy bergegas menuju keluar batas kota Makkah menanti para musafir yang baru
pulang dari perjalanan.
Dan ketika datang rombongan musafir yang pertama kali tiba menujukota Makkah, orang-orang
Quraisy menanyai
mereka, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka
menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah
menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembal”.
Akhirnya, sebagian mereka pun beriman sedangkan sebagian lainnya lagi tetap kafir mengingkari kebenaran yang telah mereka terima. Lalu, Allah swt. menurunkan wahyu-Nya: Telah dekat datangnya Hari Kiamat dan Bulan telah terbelah . Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus” . Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya” (QS. Al Qomar :1-3).
Dan ketika datang rombongan musafir yang pertama kali tiba menuju
Akhirnya, sebagian mereka pun beriman sedangkan sebagian lainnya lagi tetap kafir mengingkari kebenaran yang telah mereka terima. Lalu, Allah swt. menurunkan wahyu-Nya: Telah dekat datangnya Hari Kiamat dan Bulan telah terbelah . Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus” . Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya” (QS. Al Qomar :1-3).
Dari
kisah diatas dapat disimpulkan bahwa, ketika peristiwa itu terjadi bukan hanya
kaum Quraisy atau warga kota
Makkah saja yang melihat peristiwa terbelahnya bulan, tetapi juga kaum musafir
yang sedang melakukan perjalanan jauh di luar Makkah. Bahkan berdasarkan
beberapa sumber sejarah, peristiwa terbelahnya bulan dapat disaksikan oleh
orang-orang yang berada jauh dari kota Makkah,
diantaranya kisah Raja Cheraman Perumal orang India pertama yang memeluk agama
islam. Beliau melihat peristiwa terbelahnya bulan dan mendapatkan kabar dari
para pedagang dan pengembara dari Negara asing bahwa peristiwa tersebut adalah
sebuah mukjizat Rasulullah Muhammad saw. Yang berada di Jazirah Arab. Sang raja
pun berangkat menemui Rasulullah saw. Dan memeluk Islam.
Peristiwa terbelahnya bulan juga tertulis di dalam
berbagai manuskrip kuno dari berbagai Kebudayaan di masa itu. Diantaranya
manuskrip kuno dari Persia, India, Madrid, bangsa suku Maya kuno, dan tertulis
di dalam sebuah kuil di China.
Berdasarkan kesaksian sejarah dari berbagai kebudayaan
yang terlah disebutkan diatas, hal tersebut mematahkan teori beberapa orang
yang mengatakan bahwa terbelahnya bulan adalah kata kiasan dan tidak harus atau
tidak benar-benar terjadi. Hal tersebut tentu telah mengingkari
fakta sejarah yang telah tertulis.
Namun beberapa ilmuan asing berpendapat bahwa, peristiwa
terbelahnya bulan merupakan peristiwa yang mustahil terjadi dan sulit untuk
dipercaya. Hal ini dikarenakan foto Rima Ariadaeus (sebuah photo yang
menunjukan sebuah celah yang menyerupai retakan besar pada Bulan seperti bagian
yang telah terpotong kemudian bersambung) sebuah gambar yang diklaim sebagai
bukti bulan pernah terbelah dimasa lalu merupakan bukti yang lemah. Hal ini
dikarenakan Rima Ariadeus hanya memiliki panjang 300 Km sedangkan diameter
ekuator permukaan bulan mencapai 1.738,14 Km. Meninjau secara mekanisme fisis
bahwa bulan pernah terbelah juga sangat sulit untuk dijelaskan secara ilmiah.
Meskipun menurut ilmu sains mukjizat Rasulullah saw.
Membelah bulan sulit dijelaskan, lantas apakah yang harus kita lakukan sebagai
umat muslim? Menganggap itu sebagai kata kiasan yang maknanya berbeda?... Menganggap
hal itu hanya dongeng dan tidak benar-benar terjadi?... Atau bahkan
menganggapnya sebagai kisah palsu yang mengada-ada?...
Sebagai
seorang muslim yang beriman sikap kita yang seharusnya adalah mengimani dan
mengambil berbagai pelajaran dari peristiwa tersebut. Karena, banyak hikmah dan
pelajaran yang dapat kita ambil darinya. Bukan malah mengingkari dan
menganggapnya kisah belaka. Memang membutuhkan kajian khusus untuk menafsirkan
kisah yang ada di Al Quran. Untuk itu dibutuhkan hadist nabi dan penjelasan
para ulama dalam memahaminya.
Dan yang perlu diketahui, ilmu ilmiah hanya dapat
menjelaskan kejadian-kejadian alam. Mukjizat bukanlah kejadian alam, sehingga
ilmu tidak bisa menjangkaunya. Seperti halnya kisah ketika Nabi Musa membelah
lautan, atau Nabi Isa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Tidak diperlukan
adanya bukti ilmiah untuk mengimaninya. Cukup Al Quran dan Al Hadist yang
menjelaskanya kepada kita. Karena andaikan bila kisah-kisah itu tidak tertulis
di Al Quran dan Al Hadist, tentulah muslimin di zaman kita tidak akan
mengetahui dan mengimani kisah-kisah tersebut.
Berikut sebuah artikel tentang Mukjizat Rasulullah saw.
Artikel ini saya buat sendiri dengan ketikan tangan, dengan referensi beberapa
artikel yang saya temukan di internet. Dilarang menjiplak secara utuh artikel
ini demi keuntungan komersil. Jika ingin mengutip isi artikel ini, harap
memberikan link balik ke Data dan Fakta Mukjizat
Rasulullah Membelah Bulan. Terima kasih atas kunjungan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar