Suatu hari, seorang kaya bermaksud untuk mengajukan sebuah perkara ke
pengadilan. Karena sangat ingin memenangkan perkara, orang kaya itu mengirim
satu baki kue baklava kepada hakim.
Kue itu berjumlah empat puluh buah, ditempatkan pada sebuah baki besar. Dibawah
masing-masing kue itu, si orang kaya meletakan sekeping uang emas.
Pembantu hakim menerima baki kue itu dari pembantu si orang kaya, lalu
membawanya ke ruang atas kepada si hakim. Ketika membawa baki penuh kue itu,
pembantu hakim tak kuat menerima godaan kue-kue itu dan terpaksa mencicipinya
sebuah. Tentu saja ia menemukan keping uang emas dibawah kue itu dan
memasukanya ke sakunya. Namun, si pembantu hakim tak mampu menahan perasaanya
dan mengambil lagi hingga menghabiskan empat kue dan dengan demikian ia juga
mengantongi empat keping uang emas.
Hari berikutnya sidang dilangsungkan, dan hakim memanggil saksi dari
masing-masing yang kena perkara. Ketika ia memanggil saksi-saksi dari orang
kaya itu, tak seorangpun yang muncul. Hakim pun bertanya pada si orang kaya, “
Mana saksi-saksimu?.”
“Tuan hakim, kemarin saya mengirim empat puluh saksi kerumah tuan untuk
diperiksa.”
“Ah, ya. Sekarang saya ingat. Tetapi, engkau keliru tentang jumlahnya.
Yang dating kerumahku hanya tiga puluh enam.”
Si pembantu hakim yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan itu menyadari
pencurianya telah diketahui. Ia pun segera berkata, “Maaf pak hakim, empat
saksi yang lain sudah begitu tua dan lemah sehingga tidak bisa lagi menaiki
tangga. Saya telah mendengarkan keterangan dari mereka, dan nanti akan segera
saya laporkan kepada anda!.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar